Langit temaram .... sore itu di Sendang Sikucing
membuat aku berfikir jauh apa yang sudah saya perbuat untuk bangsa dan negaraku
walaupun aku sadar aku hanyalah manusia yang tidak sempurna
yang aku tahu hanyalah berusaha memberi dengan ilmu yang telah saya dapatkan secara cuma -cuma karena dari keringat mereka lah aku bisa seperti ini...
terimakasih Ya Allah engkau telah memberikan aku kesempatan untuk menimba ilmu
di Sekolah Tinggi Perikanan.....
Terimakasih kepada bapak ibu guruku....yang telah mengajarkanku berbagai ilmu yang kini aku gunakan untuk kebaikan hidupku...
Semangat Baru ..... awal tugas baru di tengah tahun 2015
semoga ini menjadikanku lebih istiqomah dalam menjalani hidup dan mengharap berkah dari Mu Ya Allah.....
Catatan 1
Pengolah Pindang di Desa Tanjungsari, Kecamatan Rowosari , Kabupaten Kendal
Ada sekitar 600 unit pengolahan ikan pindang yang ada di desa tanjungsari, yang sebagian besar bahan bakunya di datang kan dari luar daerah seperti, pekalongan, tegal, banyuwangi, bali maupun dari luar negeri.
Tahun 2013 ketika kami melakukan identifikasi pengolah pindang yang ada di Desa Tanjungsari kami menyimpulkan bahwa betapa banyak potensi yang bisa kita gali di perkampungan ini.
mulai dari produksi dan sumberdaya pengolah yang secara tidak langsung menggugah hati kami untuk mengembangkan industri ikan pindang yang ada di desa ini.
Kalau saya tidak salah hitung jika rata-rata pemindang dalam satu hari memproduksi minimal 50 kg maka setelah saya kalikan dalam sebulan maka produksi = 600 x 50 kg = 30.000 kg x 26 hari kerja = 780.000 kg, alias dalam sebulan bahan baku yang di perlukan adalah 780 Ton.....
untuk ukuran industri rumahan itu adalah hal yang luar biasa...
lalu berapa omzet yang mereka dapatkan dalam satu tahun..... kami mulai agak penasaran dan hasilnya
kalau rata-rata harga pindang di pasaran adalah Rp. 30.000,-
780.000 kg x Rp.30.000,- = 23.400.000.000,- itu baru satu bulan lalu kalau satu tahun ????
Rp. 280.800.000.000,- angka yang lumayan fantastis untuk industri yang di bilang skala rumahan ini
tapi setelah kami mengetahui hitung - hitungannya,,,, kami agak trenyuh dengan keadaan di lapangan
Subhanallah..... dengan fasilitas yang serba sederhana dan tempat yang seadanya mereka mampu untuk bertahan... dan ini menjadi tantangan buat kami agar kami mampu membantu mereka...
Tantangan yang pertama
Dulu untuk memindang ikan secara tradisional mereka menggunakan daun bambu atau daun pisang dalam proses pengolahan maupun pemasarannya. Sekarang karena hidup yang serba praktis dan ekonomis mereka banyak beralih menggunakan pembukus dari kertas koran bekas ataupun kertas bekas yang lainnya.
Hal ini sangat berbahaya karena kandungan tinta yang ada di koran bekas bersifat karsinogenik yang dapat memicu kanker
Alhamdulilah walaupun belum 100 % dari seluruh pengolah pindang yang ada di desa Tanjungsari sudah ada yang merubah kebiasaan mereka dari yang mengggunakan kertas koran menjadi kertas putih atau kembali menggunakan daun pisang .....
Tantangan yang Kedua
Dalam proses pemindangan mereka rata-rata mengolah pada siang hari dan pada hari berikutnya baru bisa di pasarkan, tentunya dalam hal ini ada proses penyimpanan
penyimpanan biasa mereka letakkan di lemari penyimpan yang terbuat dari bambu yang kurang higienis.
Alhamdulillah di Tahun 2014 terelisasi bantuan peralatan pemindangan berupa Lemari Pindang Higienis yang berasal dari Dana Tugas Pembantuan TP yang besasal dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Tantangan di depan masih banyak, semoga semangat ini tak akan pernah putus.
Dirgahayu Negeriku...Dirgayahu Indonesiaku
Merdeka!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar